Tuesday, January 15, 2008

Kegundahan menjelang detik2melepas masa lajang

Hari ini ada seseorang yang hampir terkuras stok air matanya. Dengan satu orang ini, kisah cintanya akan segera mendengungkan lonceng2 pernikahan. Namun dengan satu orang yang lain lagi, kisah cintanya harus kandas dengan sesegukan tangis dan kecupan kening perpisahan.

Kedewasaan benar2 diuji kadarnya untuk memahami makna cinta dan sakralnya suatu pernikahan. Bagi orang yg dinilai sudah cukup matang dan mapan untuk berumah tangga, tuntutan sekeliling untuknya menggelar pernikahan sesegera mungkin, tidak mengenal letihnya si pelayar cinta untuk lebih mengilhami hidup. Rasanya jeritan hati tiada guna di tengah2 gembiranya sorak sorai keluarga besar. Yang mereka tau, beberapa bulan lagi akan ada pernikahan besar! Mereka tidak menyadari, ada gundah yang besar yang dialami calon pengantin menjelang detik2 melepas masa lajangnya.

Bukankah kedekatan hari untuk mengikat janji sehiudp semati itu hrsnya dirasa menegangkan sekaligus menggembirakan? Ini memang menegangkan bagi calon pengantin, tapi sayangnya tidak mendapat 'bonus' menggembirakan layaknya calon2 pengantin lain di dunia. Ada resah, kekawatiran, dan ketidak-ikhlasan untuk segera menikmati hari H.

Cinta itu ada untuk masa datang, begitu pula sayang itu. Tapi waktu ini dirasa bjalan bgt cepat bagi calon pengantin yg masih ingin mereguk dunia. Datangnya masa lalu ke permukaan, benar2 merepotkan jiwa si calon pengantin. Masa lalu tll terlambat untuk datang dan dinikmati. Dan masa sekarang spt ga mau menunggu lebh lama lagi.

Cuma air mata yang bisa menemani. Pelukan ga mampu meredakan. Nasehat dan petuah pun berlalu karena dipinggirkan. Sudah tll terlambat untuk menengok masa lalu. Walau si calon pengantin tau, dengan kuasanya, dia bisa menuntut cinta segar dari masa lalu, hanya untuknya dan bisa jadi untuk selamanya.

Tapi itu tll ga mungkin. Keluarga besar terlanjur menikmati euforia detik2 hari H. Sekali lagi, calon pengantin pun hanya bisa terpekur dan menghitung datangnya hari selesainya status lajang itu dari identitasnya. Dia berserah kepada masa depan, bahkan sempat mengadukan smua gundah dan mnunggu reaksi terdalam. Yang terjadi, masa depan menjawab dgn sgala kebijakan yang malah membuatnya smakin menangis dan menangis. Saat itu, tak sanggup ia memisahkan .. untuk masa lalu atau masa depan kah tangis ini smua???

PS: Sabar ya, tay . .We all love u much. We gonna send d'best pray 4u. Straight ur heart, baby. Then u'll see wht God gives u then ..

No comments: